Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationships:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2023-11-02
Updated:
2025-02-11
Words:
6,828
Chapters:
7/?
Comments:
3
Kudos:
13
Bookmarks:
3
Hits:
371

STUDY GROUP | with reader

Summary:

Kamu masuk SMK teknik yuseong sebagai “study abroad student”, atau bisa di terjemahkan sebagai murid yang belajar diluar negeri. Sebenarnya, kamu mampu masuk swasta, tetapi ayahmu memiliki pikiran yang berbeda.

Notes:

Dalam cerita ini, hanya ada perspektif orang satu dan nama pembaca tidak akan disebutkan.

Refrence chapter ini diambil dalam Study Group Chapter 21

Chapter Text

Sebagai seorang lokal yang pindah ke korea tidak lamanya, aku tidak pernah menyangka.. 

bahwa ada sekolah setara parah seperti tempat sekolah ku dulu.

 

STUDY GROUP

Setelah aku pindah ke korea setelah lulus sekolah SMP ceria, ayah langsung mendaftarkanku di SMK. Buruknya itu, ini adalah SMK teknik yusong di icheon.

Keinginanku untuk masuk ke SMA swasta telah hancur. Bahkan aku sempat protes mengapa aku tidak di sekolah swasta, ataupun SMAN biasa.

Alasan yang kuingat dari ayahku hanyalah ; “agar kamu bisa memakai talenta mu itu di sana.”

Sebenarnya, aku tidak mengerti pada alasan ayahku.

SMK ini dipisahkan dengan kelas yang hanya ada cewek dan kelas yang hanya ada cowok. Terlihat sangat jelas kalau kelas cowok lebih grusuk dari cewek.

Entahlah itu, saat aku diperkenalkan di kelas teknik kimia 1-1, aku tidak disapai dengan senyuman, tetapi mata yang dibuang ke arah lain kecuali kepadaku, seperti tidak ada yang ingin aku disini sama sekali.

Tapi.. mau bagaimana lagi. Ini adalah jalur yang dipilih oleh ayahku, dan bodohnya aku masih ikut perkataannya secara buta mata.

Waktu berjalan, dan bel terdengar. Semua cewek dikelasku mulai bersosialisasi seperti teman mereka. Ya, terlihat normal menurutku.

PLAK

Terdengarnya suara keras yang keluar dari belakang kepalaku, terasa kelas hening sementara.

“Anak baru ya? Jelek banget mukamu.” Cewek berkuncir bilang secara langsung. Ah, ternyata ada cewek yang beginian.

Dia langsung menatap dadaku, melihat uang yang duduk tenang di kantong. Tangan nya langsung mengambil uang itu dan menghitungnya.

“Gak buruk, kamu punya uang banyak.” Saat ia mau berpaling badan, tanganku langsung mengambil pundaknya.

“Aduh, gak boleh begitu dong. Kita belum kenalan tapi sembarangnya lu ambil uangku.” Aku berkata, memakai suara kasian.

PLAAKK

Suara tamparan ke pipi ku pun terdengar. “Huwek! Jangan coba sentuh pundakku, sampah!” Si rambut berkuncir itu bersontak.

Namun, aku hanya melihatnya dengan penuh kasian. “Kak, tolonglah kembalikan uangku.” Kata kata itu membuat si cewek berkuncir ini tersinggung.

“Dasar jala-!” Tangan yang dia ingin ditamparkan ke wajahku di tahan, oleh tangan yang berbeda.

“Jangan bikin kerusuhan lagi, mihee.” Suara cewek yang menghentikan tangan si cewek berkuncir. 

“Atau, kau mau rusuh gara-gara ingin dipukul oleh heewon lagi?” Cewek berambut oren berkata, menunjuk kepada cewek berambut coklat panjang yang malu.

Mulut cewek berkuncir tercetus dan melempar setumpuk uang kepada ku. Aku menangkapnya.

“Awas saja.” Itu kata-kata yang kudengar terakhir kalinya sebelum dia pergi dari kelas.

Cewek warna rambut oranye menghela nafas. “Harusnya kamu jangan berbuat baik kepadanya.” Dia berkata, membuat badanku menghadap kepadanya.

“Hehe, aku kurang percaya diri kalo orang sepertinya tantrum begitu.” Jari ku menggaruk pipiku.

Cewek berambut oranye itu menatapku. Emosi dari matanya menandai bahwa dia penasaran dan ada sedikit isyarat kalo dia agak kasian kepadaku.

“A-anu, bahasa korea mu sangat bagus.. memang benar kamu itu orang lokal?” Cewek Rambut coklat berkataz

“Bener kok! Aku sudah belajar korea dari usia 10!” Aku bersontak, mendapatkan suara wow dari kedua cewek.

“Sepertinya orang lokal emang gak boleh diremehkan.” Cewek rambut oranye tersenyum setengah, lalu dia mengulurkan tangannya.

“Namaku Jiwoo lee, salam kenal..” jiwoo menyebutkan namaku, cewek disebelahnya juga menperkenalkan dirinya sebagai Heewon Choi.

Aku menjabat tangan nya, senyumanku muncul

Mungkin sekolah ini ada kebaikannya. Meskipun sedikit.

Chapter 2

Summary:

Cast Meeting
Chapter 22 on webtoon

Chapter Text

“Sebenarnya, aku ingin bertanya kamu begini deh.”

“Kalau kamu mampu masuk ke sd swasta sekaligus smp swasta, kenapa kamu pindah ke sekolah korea yang reputasinya sangat rendah?” Tanya heewon kepadaku yang menggigit dorayaki.

“Ah kalau begitu.. aku tidak yakin alasannya.” Jawabku, membuat kedua mata heewon serta jiwoo disebelahnya putih shock.

“Hah?! Berarti kamu buta-buta milih sekolah?” Jiwoo menghantam mejanya sendiri, membuatku menggeleng kepalaku.

“Tidak, tidak, ayahku yang memilih dengan buta mata. Atau, itu aja yang aku pikirkan.”aku menjawab, menghelakan nafas.

“Kayaknya ayahku tidak ingin selalu memanjakanku dengan kekayaan. Tetapi dipikir-pikir, itu alasan yang bagus.” Sisa dorayaki ditanganku sudah habis.

Kedua cewek didepanku bertanya, “Mengapa?” 

“Ya, sekolahku dulunya juga gak sebagus itu. Terdapat banyak bullying dan kekerasan. Orang-orang disana agak riya’ dan sum’ah.” Jawabku

“Riya’ dan sum’ah? Apa itu?” Jiwoo terlihat penasaran. Aku hampir lupa kalo jarang ada orang korea yang bermusliman.

“Riya’ itu dosa pamer, kalau sum’ah melakukan amal ibadah yang dimaksudkan agar bisa dipuji orang yang melihatnya.” Postur badan ku luruskan.

“Di sekolahku dulu sangat religius, jadi banyak buku yang terkait dengan agama dan buku-buku itu banyak ilmunya sampai aku baca berkali-kali.”

Heewon dan jiwoo termangau. “Berarti, kamu bereligius dong?” Heewon bertanya.

Tetapi saat ingin menjawab, bel sekolah pun terdering, tanda sudah pulang. “Wah, pulang sekolah lebih duluan ya.” Jawab ku, berdiri dari tempat dudukku.

“Aku pulang ya. Kalian hati-hati dijalan.” Senyumanku ke mereka tambah besar. Kedua cewek tersebut seperti melihat cahaya ilahi, entah kenapa mereka mensipitkan mata.

Kukira, sekolah ini akan banyak pelajarannya. Kurasa, ekspektasiku masih tinggi, karena buku pelajaran yang ku keluarkan dari tas hanya sedikit.

Menghelakan nafas, aku pun menaruh sisa barang-barangku ke dalam tas dan menutupi tas ku. Tasku tergantung di belakangku, dan pergi dari kelas.

Saat berjalan ke lorong, aku menghirup udara yang familiar.

Ah, benar.

Bau asap rokok.

Suara pertarungan yang menemani bau ini juga terdengar, meskipun aku sudah 5 kaki jauh dari kelas 1-1.

Aku menghela nafas yang kuhirup. Entah kenapa… otakku berhalusinasi tentang masa depanku. Apakah aku akan selamat dari arena sekolah ini? Atau apakah aku akan menjadi pengangguran?

“… menyebalkan.” Gumamku, jari-jari tanganku terkubur di rambutku. Memang kalo saat beginian, enaknya mendengarkan lagu.

Sekali lagi mengkuburkan tanganku ke dalam tas ku untuk mengambil headset, aku melihat sosok rambut warna putih. Anggun seperti salju. Postur percaya diri. Serta mata yang menandakan kebahayaan.

Sosok itu memasuki ruangan. Entah kenapa, hatiku berdetak secara terus-menerus.

Bukan jatuh cinta, tapi rasa ini.. hatiku yang berdetak kencang ini seperti aku sedang di siksa memakai kawat berduri-duri.

“Masukkin aku ke study group.” Suara itu terdengar dari ruangan yang kulihat dia masuki. Saat aku mencoba mengintip dari pintu yang terbuka, aku melihat 3 orang.

“Namamu.. Hanwool Phi?” Orang yang berkacamata berkata, sambil menatap matanya.

“Memang gak bisa.” Jawabannya singkat dan jelas. Tunggu dulu, sebenarnya… mengapa aku sangat penasaran dengannya?

Fokuslah! Ini bukan waktu untuk main-main! Kaki ku mulai bergerak dan pergi melewati ruangan tersebut. Telapak tanganku menempel di kedua pipiku

PRANGG

Tetapi, telingaku menangkap suara gelas yang pecah. Jendela? Tidak mungkin! Mereka pasti dalam bahaya!

Instingku berteriak untuk kembali ke ruangan tersebut. Aku melihat pria yang berwarna putih itu keluar dari ruangan.

Saat aku lari melewatinya, telingaku menangkap suaranya, “sebaiknya kamu tidak usah terlibat sama study group”

Itu sempat membuat badanku diam di tempat. Aku ingin protes, tetapi suaraku tidak keluar. Apa ini? Tekanan apa yang kurasakan?

“Oh, aku tidak pernah melihat anak seperti kamu. Anak baru ya? Jarang sekali ada anak baru kesini.” Bilangnya hanwool. Suara langkah kakinya terdengar.

Saat ku putar badanku untuk menghadapi dia, dia sudah di depanku, melihat kebawah dengan aura seram tetapi wajah anggun nya tidak hilang.

“Kau tidak seperti orang korea. Apakah kau mengerti apa yang kukatakan?” Dia bilang, dengan senyuman mengejek. Itu membuatku tersinggung. Ini pun lewat batas dari tidak sopan.

Seketika emosiku mendidih, aku membuang nafasku dan mengatakan kata yang jarang aku keluarkan.

“aku mengerti, tapi gak usah nyuruh.” Aku bilang kepadanya, dan badanku berpaling serta kakiku berlari ke ruangan yang terdengar suara pecah itu.

Kalau aku memiliki mata ketiga di belakang leher ku, mungkin aku bisa menyadari bahwa hanwool menatapku dengan penuh penasaran.

“Kalian tidak apa-apa?!” Aku berteriak, khawatir dengan keadaan cowok dua itu saat sampai di ruangan ekskul tersebut.

Hanya saja, yang kulihat hanyalah jiwoo dan cowok dengan rambut hijau. Tidak ada tanda dimana si cowok kacamata.

“K-kami tidak apa-apa kok..” cowok rambut hijau bilang, memegang pipinya yang berwarna merah. Di lantai, aku melihat ada batu bata yang tergeletak.

Sial. Memang orang gila mana yang melempar batu bata ke ruangan ekskul?

Sekolah ini lebih parah dari sekolah ku dahulunya!!

Chapter 3

Summary:

Test with Jun & Reader
Chapter 23 on webtoon

Chapter Text

Kaca pecah, batu bata yang tergeletak di lantai, serta meja yang dihamburi dengan pecahan kaca. 

Sebenarnya ini sekolah atau arena sih?!

Dan juga… orangnya sedikit- tidak, memang orang disekolah ini gila sekali! Mana si kacamata yang ku khawatirkan tadi lompat dari lantai 2!

“Wah.. seperti film..” gumamku yang menonton si kacamata mukulin orang yang mengaku dia taeo kang, peringkat 1.

“Sebaiknya kamu pulang dulu deh.” Ucap jiwoo, memegang pundak kiri-ku dan ikut menonton perkelahian di bawah.

Mana mungkin aku mau pulang? 
“Dia monster ya?” Ucapku kepada jiwoo, menunjuk ke orang berkacamata.

Dia mengangguk, bersamaan dengan cowok dibelakangnya. Ternyata cowok yang berkacamataan bisa juga menjadi brutal.

Tapi.. “bolehkah aku berada disini sementara?” Suaraku menangkap telinga dari kedua orang dihadapanku, yang cowok terlihat kagum, sedangkan jiwoo hanya bersikap biasa aja.

“Memangnya kenapa? Kau ingin daftar ekskul study group?” Jiwoo bertanya, tangannya disilang di bawah dada-nya. Jadi itu namanya. Study Group. Simpel sekali..

“Aku.. masih debat dengan pilihan itu.” Atau dalam balik kata itu, aku ingin melihat bahwa apa mungkin Study Group ini sangat efektif untuk sekolah ini.

Aku baru sadar kalau cowok berwarna rambut hijau itu menatapku. Dan dia memberikan aku senyuman kecil, “sebenarnya, anggota kami akan menjadi pas jika si rambut merah ikut study group, tapi pasti gamin akan lebih senang jika kamu ikut study group.”

“Baiklah, aku akan menanggapi kata-kata mu.. uh, siapa?” Barusan aku mengingat kalau aku lupa menanyakan namanya. “Ah, panggil aku Sehyun.” Ucapnya, memberikan aku senyuman.

“Halo~” pintu terbuka, memperlihatkan heewon masuk ke ruangan. Dia sempat terdiam di tempat. “Anu.. kacanya-“

“Anak kelas 2 lempar batu bata dari lantai 1.”
“Oh, begitu...”

Aku hanya bisa mengangguk dengan butiran keringat membentuk di pipiku. Tidak hanya ada kehadiran heewon, sosok 2 cowok yang berkelahi tadi itu berbincang di depan ruangan.

Beberapa menit kemudian, cowok berkacamata itu masuk ke ruangan, tetapi kehadiran cowok rambut merah masih diluar.

“Ternyata arti menundukkan smk yusong adalah menundukkan dengan kekuatan..” ucap si kacamata, eh, seperti aku harus memanggilnya gamin.

Sedangkan yang diluar.. membentak-bentak tidak masuk akal. “Jelas sekali artinya itu, kan? Sampai mana kau berhayal?” Ucap jiwoo yang sudah duduk duluan.

“Ya.. kukira dia menaklukan smk yusong dengan belajar.. hng?” Gamin sentak menghentikan pembicaraannya dan menyadari bahwa ada satu orang lagi yang unfamiliar.

“Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.” Ucap gamin, melihat kearahku yang masih berdiri di dekat jendela yang pecah.

“Dia ini anak baru loh.” Ucap jiwoo, jempolnya menunjukkan ke arahku. Jiwoo dengan hati yang lembut nya memperkenalkanku kepada Gamin.

Gamin menatapku, dengan penuh penasaran. “Begitu ya.” Ucapnya, memperbaiki kacamatanya. “Apakah kau ingin masuk study group?”

“.. belum kutentukan.”
“Oh, baiklah.” 

Alasannya begitu doang, tetapi aku bisa merasakan kalo gamin kecewa. “Mohon tunggu sebentar.” Ucap gamin sebelum membuka jendela geser. Mukanya bertemuan dengan cowok berambut merah.

“Maaf ya, aku membuat study group ini karena ingin belajar di dalam suasana sekolah penuh perkelahian ini. Bukan untuk membantumu dalam perkelahian peringkat.” Ucap gamin, kembali menutup jendela geser itu.

Sekali lagi, si cowok rambut merah itu protes dengan alasan gamin, menyuruhnya untuk berkelahi lagi dengannya.

“Atau.. aku akan.. bela..jar..” suara kecil cowok rambut merah itu terdengar, sebelum dia mengeluh. “… sudahlah, belajar apaan.”

Gamin pun menangkap suara mengeluhnya, dan mengagetkan rambut merah dengan membuka pintu geser. “Kau akan melakukannya? Apa kau sungguh-sungguh akan belajar?” Tanya Gamin.

Langit pun menjadi oranye, dengan tumpukan buku serta kertas berserakan. Jun pun kaget, mana lagi aku kaget dengan buku yang diberikan oleh gamin.

Ternyata gamin mau mengetes kita. “.. aku tidak mengerti mengapa kau masih disini kalau kau tidak ingin masuk study group.” Ucap jun, melihat sosok ku yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh gamin.

“Tidak ingin dan ragu itu berbeda sekali. Aku kan masih berpikir.” Wajahku menghadap kepadanya dengan helaan nafas lega.

“Apakah gamin memang sekeren itu sampai dikenal di kalangan sekolah?” Tanyaku dengan pensil yang kupakai mengetuk di meja.

“Hah?! Kamu memang tidak tahu?! Padahal gamin sudah populer sejak insiden guru ketusuk!” Ucap jun, menatapku dengan wajah kaget. 

“Aku baru masuk sekolah ini, jadi wajar sekali kalau tidak mengerti lingkungan smk yusong.” Jun terlihat kagum.

“Tapi, sebagai orang luar, bahasa korea mu sangat bagus!” Ucap jun, aku hanya memberikannya senyuman, “gitu dong! Makanya kita harus belajar!”

Lalu, angin meniup kertas yang tadinya tergeletak di meja. “Aku ambil!” Jun pun berdiri dari tempat duduk dan berjongkok untuk mengambil kertas itu. Pintu geser terbuka didepannya, menghadirkan orang yang memakai baju rapi hitam.

“Apa kau Gamin Yoon?” Ucap pria itu, arah perhatiannya ke jun. “Katanya kau pasti ada di ruang belajar, ternyata benar-benar sedang belajar..”

Aku berdiri dari tempat duduk-ku, merasakan aura tidak enak keluar dari pria tersebut. “Kau pasti pernah dengar, aku adalah penanggung jawab scout di YB family.” Pria itu mengaku.

YB family? Kalau tidak salah.. aku pernah mendengar kata-kata seperti itu.. parah!

Tanganku secara tidak sadar menempel di pundak nya Jun. “Sebaiknya kau tidak ikut! Mana mungkin bisa kau percaya perkataan orang dari organisasi misterius?!” Bisikanku menangkap telinga jun.

“Ah… itu..” pria yang didepan kita memotong pembicaraan kita.
“Asalkan kau tidak menggangu ujian gamin, kau diperolehkan untuk ikut.” Pria itu berkata. Kata-kata nya menunjuk kepadaku.

Seketika keringatku menempel di baju. Mana mungkin aku ikut?! Apa yang dipikirkan oleh pria ini? Ini sangat—!

“Tidak.” Ucap jun. Kertas di tangannya jatuh ke lantai. “Benar saya Gamin Yoon.” Seketika mata horor ku menatap rahangnya.

Bodoh! Dia bodoh!

Tapi..

Aku yang lebih bodoh karena ikut dengannya!

Chapter Text

jun dan aku berangkat dengan mobil yang disediakan oleh pria scout white. Di negara sempit ini, ada orang yang terlibat dengan mafia ya..

Hape-ku lalu berdering di saku celana. Mengambil handphone-ku, ada nama “ayah” dengan nomor 62+.

“Hey, kau harus menjawab ayahmu loh. Kasian, mungkin dia khawatir.” Ucap jun, melirik ke arah handphone-ku. Aku mengangguk dan pencet tombol jawab.

“Halo aya-“
“ANAKKU!!” Suara keras terdengar dari lawan telepon. Ternyata ayah lebih antusias dari kemarin.

“Bagaimana sekolahnya? Kaget tidak? Bahaya tidak? Apakah reputasinya sesuai dengan yang kupikirkan?
Apa kau betah?”  Ayah bertanya-tanya. Aku bisa mendengar bahwa dia mengambil nafas dalam setiap pertanyaan. 

“Mana mungkin aku bisa betah disini, ayah? Smk yusong banyak berandalan-nya.” Ucapku memakai bahasa indonesia, mengambil perhatian jun.

“Tenanglah! Ayah punya kenalan! Dia kuat, jadi kamu tidak perlu khawatir kalau kau terluka!” Ucap ayah dengan bahasa yang sama.

“Hah? Maksud ayah ada guru kenalan ayah yang kerja disini?” Mata ku menjadi lebih lemas.

“Bukan guru! Murid!”
“Murid?”

“Hehe benar! Murid- eh, tunggu sebentar, nak! Aku dikejar oleh orang!! Sampai disini ya!” Terdengar dari telepon ada suara marah-marah.

“T-tunggu ayah! Aku di- yah, ditutup.” Aku menaruh hape-ku di dalam saku celanaku. Jun menatapku dengan tatapan bingung.

Tidak lama lagi, kita berdua sampai di tempat yang seperti parkir kosong. Parkiran ini hanya ada satu mobil, yang dihalangi oleh 3 orang baru.

Pria yang menjemput kita memperkenalkan dirinya, yang bernama Jangho Oh. “Cara untuk lulus nya simpel saja.”

“Majulah kesini dan ambil kunci mobil itu.” Gantungan kunci yang berada di tangan-nya dilempar ke depan mobil.

“Caranya memang simpel, tetapi tidak akan mudah. Senior anggota tetap yang baru saja lulus sebelumnya akan menghentikanmu sekuat tenaga, walau harus dengan setengah membunuhmu.” 

Kata “membunuh” menangkap di telinga ku. Tanganku mengincar lengan nya jun. “Hei, kau gak mungkin akan mengambil tes ini dengan serius?! Tiga orang saja bisa membunuhmu!” Ucapku kepadanya.

“Aku tahu! Tetapi-“
“Mobil ini akan menjadi milikmu jika kau berhasil mendapatkan kunci ini.” 
“Benarkah?!”

“Kau cepat lengah ternyata…” ucapanku tidak ditanggapi oleh Jun maupun 4 preman yang menghadapi kita berdua di kejauhan.

Mana lagi, jangho oh mengatakan hal yang tidak jelas. Tentang bagaimana pada akhirnya uang adalah kekuasaan.

Banyak bacot.

Kalau begini, aku pun tidak akan kaget jika jun kalah dari mereka. Memang nasib, aku benar tentang itu. Jun tergeletak di tembok dengan memar yang banyak, setelah semenit saja.

Sedangkan aku.. di pingsan-kan oleh salah satu anggota ekstra yang berambut ala-ala pantene

Di tengah-tengah pertarungan jun, jangho oh membisikkan sesuatu kepada orang yang berambut panjang itu, dan jari telunjuknya menunjuk kearah ku.

Si rambut pantene itu mengangguk, dan tiba tiba berlari kearah ku secara diam-diam untuk menepak rahangku, membuatku pingsan beberapa saat. 

Kubilang beberapa saat, karena dalam 10 detik berlalu, aku bangun tanpa menggerakkan badanku. 

Jika badanku bergerak, mampus, karena preman itu masih ada di sini dan akan melakukan hal yang sama lagi kepadaku jika aku bangun. Aku sangat beruntung ketika preman-preman ini membiarkan ku tergeletak tanpa pertolongan.

“Aku membawamu kesini karena aku suka dengan semangatmu yang berpura-pura jadi peringkat 1. Padahal bukan.” Kudengar suara jangho oh, mataku masih tertutup jadi kurang jelas dengan apa yang sebenarnya terjadi.

“Jadi, kau tau…! Lalu kenapa kau mengajaknya kesini!?” Teriakan Jun terdengar, sepertinya dia menunjuk ke arahku yang berpura-pura pingsan.

“Oh, dia? Sebenarnya… tidak ada alasan.”

“Tetapi Anak boss akan marah jika aku membiarkan sebuah saksi dibiarkan di tempat.” Ucap jangho oh, tiba-tiba aku mendegar langkah kakinya ke arahku.

Sial! Dia mau mematikanku?! Di tempat parkiran ini?!

“Sebagai hukuman, aku akan membiarkan mu hidup. Tapi, perempuan ini tidak boleh dibiarkan hidup.” Kakinya menjadi bayangan di hadapanku.

“Tunggu! Jangan!” Teriak Jun, kudengar suara langkah kaki yang berlari ke arahku lagi.

SRET

CLANGG

Suara pipa besi terjatuh ke lantai.

Kukira aku akan dipukul oleh jangho, perkiraan ku salah. Mata ku lama-lama terbuka, dan aku melihat.. jun tengkurap di atasku dengan memegang kepalaku yang sekarang berada di pahanya.

Bayangannya menutupi wajahku. “Apaan ini? Orang bodoh sepertimu, melindungi cewek?” Ucap jangho oh. Jun tidak menjawab dan menatapku dengan matanya.

“Pacarmu ya? Aku agak mual melihatnya. Sepenting apa nya dia untukmu—“

BUAGH

“UAKHH! BRENGSEK!!!” Suara teriakan itu mengambil perhatianku. Kepala ku berputar ke arah suara, dan melihat 3 orang.

“Ada om-om mengerikan memukul orang~ jangan-jangan kriminal, ya?!” Ucap jiwoo, senyuman miringnya terlihat.

“Penanggung jawab scout white lead. Ada yang ingin kutanyakan.” Ucap.. cowok yang berambut tua itu. Aneh, sebenarnya warna rambut murid kuat di smk yusong selalu berwarna atau apa?

“Jun…” rambut kutu buku terlihat membawa kertas luntur dua. Ia juga menyebutkan namaku dan memperlihatkan kertas lembaran itu.

“.. Kalian lulus.” Ucap Gamin, satu kertas bernilai 24, dan satu kertasnya lagi bernilai 85.

“Dilihat-lihat kalian semua smk yusong ya. Memang anak-anak terbelakang itu setia kawan..” ucap jangho oh, berjongkok untuk mengambil pipa besinya tadi yang jatuh.

“Hah.. yang terbelakang itu adalah paman yang melakukan tidak kriminal~ sudah ada umur tapi hidup seperti itu apa tidak malu?” Ucap jiwoo iritasi.

“Kalian.. sepertinya tidak takut.” Jangho oh menatap ketiga orang baru didepannya. Jiwoo protes “IYA~ GAK TUH!” 

“Apa kalian berpikir, ‘tinggal lapor ke polisi’, begitu?” Jangho berkata. Gamin berbisik dari jauh untuk jun dan aku ke sisi mereka. Jun pun mengangguk telepati.

“Hukum itu memang tidak terlih—“ tiba-tiba mulut jangho dibekap olehku. Mataku sejajar dengan dadanya, jadi kepala ku harus melihatnya dari atas.

“Paman berisik..” ucapku, lalu menendang perutnya untuk menjauhkan dirinya dari aku dan jun sampai membuat asap. Jun terlihat terkejut, apalagi tiga orang dibelakang kita.

Dengan menghela nafas, aku melihat ke arah jun. “kamu gak apa-apa kan, Jun Lee?!” Ucapku dengan tegas. 

“E-eh?” Jun hanya mengangap tidak jelas. “Haduh!! Motivasi mu untuk dateng kesini itu apa sih?! Heran banget!” Aku mengomel kepadanya.

“Harusnya kita itu langsung memukul orang preman ini sampai berdarah! Kalian pikir kata-kata preman sangat penting untuk didengar?! Mereka bukan guru!!” Ucapan ku seperti menghelakan emosi yang sudah ditahan dari waktu jangho mengambil aku dan jun kesini.

Semuanya menatap ku seperti seorang cegil yang mengamuk tentang pacar yang berselingkuh padanya.

“.. belakangmu!” Gamin memanggilku yang sibuk mengomel diriku sendiri. Jangho sudah berada dibelakang ku dengan pipa besi diangkat dan siap memukul ku.

Aku menghindar darinya dan pipa besi itu bersuara di lantai. “Hih, paman ternyata ingin membunuhku beneran.” Ucap ku.

BRUK

Terdengar gamin dan satu cowok jatuh ke lantai karena kepala mereka dibentur oleh preman yang mereka pukul tadi.

Tapi aku tidak mengherankan untuk memutar tubuhku ke mereka. Mataku masih menatap jangho oh dengan tajam.

“Kukira kau cewek lemah. Pertama kali melihatku.. kamu sudah mengerti apa yang akan terjadi kan?” Tanya jangho.

Jun menatap ku dengan kaget, “namanya orang bermasalah pasti akan mengikuti kata-kata mu. Apalagi orang yang lemah, pasti akan tunduk padamu. Masalahnya aku cuman dari salah satu itu.” Ucapku.

“Maksudmu..” jangho menatapku dengan heran and kemarahan. Aku hanya menghela nafas.

“Tapi kau tau?!” Ucapku dengan tegas.

“Pengetahuan itu lebih kuat dari pisau/besi!!” Ucapanku bersamaan dengan gamin. “Eh, OMONGAN KITA HAMPIR SAMA!!”

“Om berkelahi dengan ku ya. Aku lemah sekali loh, jadi om bisa berpuas-puas memukul ku di semua arah.” Ucapku, menekan jempolku ke dadaku sendiri.

“.. memang cara berkelahi yang konyol.” Gumam jangho, aku sudah berlari ke arahnya dan melayangkan tinjuku. Tidak menyadari ada satu lagi yang melayangkan tinju kepadanya.

BUAGHH

CLANG CLAng..

Tinju kita mengeluarkan asap dari kedua tangan yang ditahan oleh jangho oh. “Ditahan.” Gumamku. Kedua tangan gamin dan aku bergetar.

“Memangnya pengetahuan apa?” Ucap Jangho Oh yang bersenyum miring dengan matanya disipitkan.

“Sepertinya kau meremehkan aku karena aku main-main dengan bocah sma di sini.” Kepalanku dipegang erat oleh nya.

“Yang main-main bersama bayi cukup satu orang, anak bosku saja.” Ucapnya, membuatku bingung tetapi membuat yang lain kaget.

“Persahabatan yang kuat, tetapi..” sekarang jangho memegang kedua kepala kita

“KAU HARUS MEMBEDAKAN WAKTU DAN TEMPATNYA!!” Kepala kita lalu dipaksa ke lantai.

Jiwoo dan cowok tua itu berlari ke jangho, tapi mereka dipukul dengan mudah oleh nya, membuat mereka terlempar dari jarak jauh.

Tanganku sangat erat di kakinya berencana untuk melemparnya, tapi penglihatan ku menjadi buram.

“Coba kalian pikir. Memangnya sebanding?” Ucap jangho yang menatapku dibawah, lalu menarik kakinya dan menginjak tanganku dengan keras.

“ARKH! BANGSAT!” Teriakku memakai bahasa indonesia, tanganku hanya diinjak lebih keras lagi.

“Kalian ini tidak akan takut kalau belum belajar. Karena itu aku suka sekali preman smk yusong.” Jangho berkata.

Dia menyebulkan asap rokok yang tadinya dinyalakan. “Tapi pasti ada saja produk gagal. Padahal aku harus membawa anak berkualitas baik dan tidak bercelah untuk dilatih.” 

BUAGH

Kakiku menendang dagunya. “Sebegitunya om pingin cari preman smk yusong karena wanita gak mau om?!!”

Tanganku terlepas dari injakan nya. Semburat merah muncul pada punggung tanganku dengan rasa nyeri. “

“HAH?! KUALITAS PREMAN?!” Teriakku terdengar antusias, badanku bangkit dan berlari ke jangho. “KATA-KATA DEWASA SANGAT BODOH!!". Jangho terlihat biasa saja, tapi dia tidak melihat, ada sosok gamin yang akan memukulnya! Barusan, aku melihat sekilas wajahnya jangho kaget. Pukulanku di blok sama Jangho Oh, tapi pukulan Gamin sempat meninju wajahnya Jangho!

Tanganku mengambil kerah belakang jaket jun, dan menariknya agar lebih jauh dari jangho. "hadeh.. gak ngerti kalo gw harus kasian atau marah.." ucapku. Tapi, sepertinya pertarungan ini bakalan selesai deh. Aku tau. 

Stance-nya Gamin, ada rasa sangat familiar.

Chapter 5

Notes:

Seketika POV nya jadi third person😋

(See the end of the chapter for more notes.)

Chapter Text

Mata Jun pun terbuka. Terlihat dia masih puyeng dari pukulan pipa yang dia terima melewati kepalanya. Tidak semenit pun, dia mendengar suara pukulan yang keras. Melihat ke kirinya, ada badan Jangho yang terbang ke arahnya. Badan Jun tidak sengaja menjatuhkan Jangho, yang mendapatkan extra damage. Jangho tendang badan Jun ke Gamin dan (name).

"serangan satu arah? perasaan pernah pakai teknik itu dah.." ucap (name) berpikir sendiri. selanjutnya, gamin mukul jangho itu, berkata bahwa "jun itu.. aku menganggapnya sebagai rival" sebegitunya. (name) tidak terlalu ingin termasuk dalam hal tersebut tapi mau mana lagi..

bagi (name), pukulan gamin sangat mirip seperti Bruce Lee. ternyata masih ada banyak hal misterius tentang gamin.

“Lucunya~” gumam (name) yang menonton gamin memukul tanpa henti kepada jangho dengan [serangan satu arah]nya. Dia sangat kagum, sampai jangho terlempar ke depan kaca mobil.

Pacarku hebat banget nih! Gamin hebat banget!” Ucap (name) cengingisan sambil menepuk pundak belakang gamin, yang hanya menatapnya dengan aneh karena bahasa asing yang dipakai oleh (name)

“Baiklah! Cuman satu orang yang butuh kita ikat bersama dengan pecundang lain!” Ucap (name) dengan bahasa korea dan berjalan dengan energetic ke jangho yang pingsan di atas mobil.

KIIIIKKKKK

hm?

“(Name)! AWAS!” Teriak jun kepada (name) yang mengambil pergelangan tangannya lalu menariknya ke jun. Alangkah mobil sudah mendekati.

Gamin dan (name) pun didorongi, tetapi gamin sempat menarik jun dari kematian ditabrak oleh mobil. “Cih..” (name) bangkit dari kejatuhannya di sebelah Gamin. “Gila banget jadi orang!” Ucapnya.

“Memang gila! Mengancam juga ada batasannya, orang hampir ketabrak betulan!” Ucap jiwoo berdiri di sebelah (name)

“Bukan..” orang berambut tua berdiri di sebelah jiwoo, “bajingan itu memang bermaksud menabrak betulan.” Ucapnya, dan jendela mobil terbuka, memperlihatkan orang yang wajahnya gila dan rambut seperti kain mop.

“Hei, kau, kacamata! Kau tidak ada keinginan untuk melakukan hal kriminal?!” Ujukan si rambut kain mop. Kata-katanya membuat (name) tidak fokus, jadi dia check handphonenya untuk menemukan beberapa notifikasi chat yang tidak lama ditinggalkan. 10% dari promosi kuota dan 90% nya dari bapak gila-nya.

“Aduh, aku mau pergi… tapi…” gumam (name) pada diri sendirinya saat merasakan perutnya lapar dan matanya mendarat pada si “anti” yang di mobil, mengoceh tentang Family.

‘Guhh, sebenarnya family itu apa? Organisasi white lead itu apa? Sialan! Semua ini membuatku bingung!’ Otak (name) berteriak sendiri tetapi wajahnya doesn’t give a shit.

“— aku akan mengingat itu.” Si rambut mop bilang dengan menunjukkan jari telunjuknya ke arah kita. “Oh ya, kau yang disana. Hihi imut sekali~” ucapnya, yang lain ikut bingung kecuali (name).

“Kamu masuk sekolah bekas tempat ibumu, maksudnya untuk berduka ya?” Ucap nya, membuat (name) bingung. Apakah dia membicarakan Si rambut tua itu?

Wajah (name) mengkerut kesal, dan jongkok untuk mengambil kerikil. “Atau jangan-jangan kamu mendapat wasiat untuk belajar? Hahahah!” Lanjut si rambut mop, membuat (name) berdiri dari jongkokan-nya.

(Name) pun melemparkan kerikil itu ke mobil dan meninggalkan bekas retakkan di kaca, “kau menciut seperti tikus!” Teriak (name), mengambil pipa yang tadi dipakai untuk berkelahi disebelahnya.

“Jadi orang itu..” (name) mengangkat tangannya, “.. jangan kebanyakan bacot nya!” Tangan (name) melempar pipa di tangannya ke arah mobil dengan tenaga kuat, tetapi sia-sia saja, karena pipa itu hanya meninggalkan bekas kecil di belakang mobil.

“Fuh.. akhirnya dia perg- HAH?!” (Name) sempat lega tetapi cowok berambut tua itu mengejar mobil tersebut sampai keluar dari ruangan.

Rambut mop pun lekas pergi dari tempat, bersama dengan geng study group + (name). “Gak mungkin bisa mengejarnya! Taxi pun tidak ada!” Ucap jiwoo, (name) mengikuti dari belakang.

“Bisa. Sepertinya dia bisa.” Ucap Gamin. “Geonyeob park..” gamin pun terdiam sejenak, “kenapa gamin?” Ucap jun disebelahnya.

(Name) hanya diam sejenak di tempatnya, lalu menguap. “Hari ini.. seru banget.” Ucap (name), hanya saja dia kesal karena tidak mendapatkan memar ataupun bekas pukulan dari preman.

Beberapa saat kemudian, preman white lead anggota tetap pun ditangkap. Juga ada detektif sok hirup rokok. Jiwoo pun mengagetkan si detektif, membuatnya menjatuhkan rokoknya.

“Nice, Jiwoo!” Ucap (name), memberikan tos kepada jiwoo. Kita pun ditegur sama sehyun dengan pacarnya- ups, maksudnya heewon di sebelahnya. “Memang salah ku apa? Kan tidak boleh merokok!” Ucap jiwoo

“Huwahh!! Ngantukk! Jiwoo, heewon, ayok pulang!” Ucap (name), tapi sehyun menghentikannya, “tunggu! Kita kan harus bicara sama pak detektif dulu!” Ucapnya, membuat wajah (name) mengkerut. “Ish! Kan sudah ditangkap premannya! Ngapain diluar malam begini untuk—“ TAK!

“Jangan remehkan situasi, (name).” Ucap detektif, membuat (name) memegang kepalanya kesakitan, “apasih, paman?! Kan emang, cewek seperti aku itu gak boleh diluar karena banyak nyamuk gigit aku!” Gertak (name)

“Kan kita diluar indonesia
“Masih saja!”

“Tunggu.. kalian berelasi?” Tanya sehyun. Telinga tajam (name) mendengar itu, dan mengertak lagi, “tidak mungkin! Dia teman bapak gila ku! laki-laki muda atau tua pun sama saja!” “Kamu juga gila (name).”

Taeman ma, teman dari bapaknya (name). Dia dan bapaknya (name) memiliki pertemanan yang tidak terputusi. Kadang bapak (name) ngunjung Taeman untuk nongkrong di korea, dan sekarang (name) tinggal di rumahnya Taeman karena dititip oleh bapaknya.

“Jadi.. kau mau aku mencarikan geng motor (?) kalian yang tadi itu? Dia ada sim gak?” Ucap Taeman, arah matanya ke gamin. “Geonyeob punya sim. Katanya mendapatkannya tahun ini.”

“Kalau begitu, situasinya akan menjadi sulit. Aku tidak bisa mencerahkan orang karena firasat buruk.” Ucap taeman, (name) menguap disebelah gamin, “ngomong-ngomong, om yang pingsan itu, benar yang kalian lakukan? Kriminal juga tidak bisa berbuat apa-apa dihadapan anak sma ya.”

“Tidak pak!” Tiba-tiba jun muncul disampingnya Gamin, “ini semua berkat ketua study group kami sekaligus rival saya, Gamin yoon. Dan (name)! Mereka melakukannya sendirian!” Ucap jun, mengalungi lengannya pada pundak Gamin.

“Singkat kata, aku dan Gamin ini rival!”
“Aku cuman ingin pulang..” “kok bisa singkat katanya jadi begitu..”

(Name) menghelakan nafas lagi, dan heewon memberikannya air minum termosnya tanpa kata-kata, “wah! Thanks heewon! Aku butuh ini!” Ucap (name) membuka termosnya dan meneguk airnya, “fuah! Segarnya!”

(Name) sempat melihat wajah nya taeman, sepertinya dia memikirkan sesuatu dengan keras, “hohohoh! Wajah itu kan..” (name) menutup mulutnya dengan senyuman.

“Jiwoo Lee, katanya kamu bilang “salahku dimana” ya?” Ucap taewan, menyilangkan lengannya, “benar, kamu melakukan kesalahan!”

“Gamin Yoon, Jiwoo Lee, kalian berdua seharusnya ditangkap menurut hukum sanksi kekerasan atau disebut juga [hukum mengenai sanksi atas tindak kekerasan].” taeman dengan kerennya bilang, menangkap basan gamin dan jiwoo.

Jun sempat protes, tapi protesnya dijawab dengan, “kan mereka bisa lapor langsung.” (Name) hanya diam aja tetapi wajahnya sakit gara-gara senyum terus menerus.

“Ya mau gimana lagi, kekerasan tidak bisa dibenarkan maupun alasannya harus kekerasan, bukan?” Ucap (name), mengangkat bahunya. Taeman setuju dengan kata-katanya.

Jiwoo pun ditahan oleh heewon karena sempat ingin memberikannya pukulan pedas. “Tapi itu kan cuman berlaku saat fungsi otoritas negara berjalan dengan benar.” Ucap Taeman.

Dengan lebar panjang, Taeman pun akhirnya meminta maaf pada gamin gara-gara ada sebuah hewan kriminal yang berkeliaran di sekolah dan memberikannya kartu nomor jika ada sesuatu.

“Ayo (name)” yang dipanggil pun bingung saat Taeman berjalan ke mobil polisi, tapi gak protes panjang. (Name) masuk ke mobil dan langsung di posisi tidur.

Setelah itu, dia diturunkan di dekatnya rumah taeman, untuk beristirahat sesaat, sedangkan taeman mengurusi penculikan geonyeob.

Notes:

Notes : (Name) itu aslinya orang jawa timur, dia ngambil dari keturunan ibunya. Kalau tentang pengalaman martial art, itu dari ajaran sekolah ekstrakulikuler dan bapaknya.

Chapter 6

Summary:

episode 33-34

Chapter Text

1 minggu berlalu, seperti hari sekolah biasa. Hanya saja, ini bukan hari yang biasa untuk ku sebagai anak pindah sekolah.

Singkat cerita, aku mendapatkan ulangan harian yang sudah dilewatkan oleh murid yuseong. Ulangan harian nya tidak terlalu sulit, hanya beberapa soal saja yang disulitkan oleh sistem. Kata guru, ini bertujuan untuk menilai akreditas nilai diri. Meskipun aku sudah mengirimkan nilai Ujian Nasional SMP ku, para petinggi di sekolah tidak percaya dengan nilaiku.  

Sekarang aku berkeliaran di luar sekolah pada waktu istirahat. Ada banyak pertarungan, jadi aku hindari sementara karena malas untuk bertarung. “Huhuhuft.. sayangnya disini gak ada bakso.. gak ada pentol.. gak ada rendang..” sedihnya diriku yang malang ini.. andai ibu bisa kirim rendang.. tetapi beliau sedang bekerja dengan bapak... hiks sedihnya..

Kakiku bergerak sendiri, dan membawaku ke belakang sekolah dimana adanya soda vending machine, dan dimana aku menemukan orang yang rambutnya berwarna kuning serta dikuncir dari belakang, dimana luka goresan terlihat dari dahinya. Seperti harimau.

Siapa dia?! SMK Yuseong ternyata banyak orang yang unik!

“Hrng!” ??? Tadi dia mengraung? Atau apakah telingaku yang hanya bermasalah? Aku pun hanya menatapnya dengan bingung. Sebenarnya, beberapa murid disini sangat aneh lagi. Tentu saja, Aku pernah memiliki beberapa teman di sekolah sebelumnya yang berkaya limpah serta tidak berkemampuan maupun memiliki teman yang kuat ataupun lemah, tetapi situasinya tidak pernah sama seperti SMK ini.

Sepertinya orang tersebut tadi tidak berbicara kepadaku sama sekali, dia berjalan melewati figuritasku, mataku pun mengikutinya sebelum dia menghilang di sudut dinding. Sudah kubilang, aneh.

Tapi apa boleh buat memikirkan sesuatu yang sangat singkat dalam waktu yang lama? Aku masih memiliki banyak tugas ujian yang belum aku kerjakan!

Saking marahnya, aku tidak lupa untuk memasukkan uang ku kepada vending machine di depanku dan menekan tombol coca cola. Kalengnya pun jatuh dari tempatnya dan keluar dari bagian bawah vending machine. Menjongkok dengan tanganku menyodong ke dalam bawah vending machine nya, aku berdiri lagi dengan kaleng dingin di tanganku.

Menghela nafas, aku membalikkan badanku untuk masuk ke dalam kelasku. Hanya saja, aku mendengar suara tertawa di depan sudut dinding. Dengan langkah kecil, aku mengintip dari sudut dinding, dan melihat ada geng yang mengerumuni orang yang sudah menggerutu dengan memegang perutnya yang sepertinya sudah beberapa kali ditendang oleh salah satu orang yang ikut dari grup itu.

Aku menurunkan pandanganku, menatap situasi yang terjadi di depanku dengan muak. Pelakunya hanya tertawa dengan puas, serta gengnya yang terdiri dari cewek yang berambut keriting pendek dan cowok berambut sama pendeknya dengan cewek tersebut, hanya saja rambutnya berwarna abu-abu keunguan, seperti pelaku yang menendang korban tanpa belas kasian.

Rambutnya sedang, berwarna abu-abu, dan memiliki fisik kurus. Meskipun fisiknya kurus, kekuatannya berbeda level. Wajahnya seperti wajah bajingan yang sombong. Tentu saja, itu adalah salah satu orang yang memiliki reputasi sebagai "preman". Mataku beralih ke beberapa tempat. Ada banyak murid yang mengalihkan pandangan mereka dan tetap berjalan tanpa melirik kembali kedua kalinya

Sepertinya ada sesuatu yang lebih dari orang itu.

-

sret.. sret..

Pintu ekskul terbuka dengan lebar, dengan ibu Hankyung, guru sementara di SMK yuseong yang barusan keluar dari rumah sakit dikarenakan penyodongan pembunuhan beberapa hari lalu, masuk ke kelas dengan beberapa tumpukan kertas di tangannya dan melambaikan tangannya kepada murid ekskul "study group".

Terlihat bahwa Gamin Yoon secara serius nya mencoret beberapa soal yang terjawab salah, grup nya pun mengepungi mejanya dengan kehebohan mereka pada Gamin yang tiba-tiba antusias. "Gamin.. ada apa?" Bu hankyung maju untuk menyodok kepalanya dengan penasaran. "Hahhaha, kami taruhan nilai mengerjakan soal. Dia paling bontot!" Ucap Jiwoo. Gamin yang dengan serius nya mencoret-coret kertasnya menggerutu.

"Sebagai hari pertama klub study group dan sekaligus orientasi kita, ada yang ingin ibu sampaikan-" BRAK "ranking 1!" Gamin mengumumkan secara terkejut, "Pokoknya aku pasti akan jadi ranking 1 sekolah di UTS kali ini!" Gamin mengumumkan dengan wajah mengerut. 

Tidak lamanya, dia bertemu dengan Homin, orang yang dikatakan sebagai [Preman Genius] di Yuseong dengan nilainya yang sangat melimpah. Pertemuan mereka tidak terlalu spesial sekali, tetapi Gamin tiba-tiba menjadi sangat ambis setelah bertemu dengannya. Sebelum itu juga, bu Hankyung berencana membentuk komisi pendisiplinan siswa untuk memutuskan pendisiplinan Hanwool Phi.

Tetapi karena dia wakil kepala sekolah mengomel tentang itu, bu Hankyung harus meminta kekuatan dari ketua administrasi sekolah. Andai kan saja meminta kekuatannya sangat mudah.

"Coba hasilkan ranking satu di UTS kali ini dari antara murid study group. Kalau bisa, saya akan mencoba menggunakan kekuatanku dalam perihal komisi pendisiplinan Hanwool Phi. Bagaimana?" kata-kata ketua adminitrasi sekolah itu terlintas di benak bu Hankyung. Tangannya pun menggenggam erat pada kertas tumpukan di dadanya.

"Belajar itu tidak dilakukan menggunakan emosi." Bu Hankyung berkata, menatap datar kepada Gamin. Dia lalu menyeretkan papan tulis besar ke depan meja dan membuka spidol hitam. "Pertama, kalian harus tahu dengan jelas diri kalian sendiri."

"Kita lihat posisi kalian sekarang. Ini berdasarkan ujian penempatan bulan februari ya." bu Hankyung menjabarkan, membuat Jiwoo dan Heewon malu untuk memperlihatkan nilai mereka.

Setelah mengumumkan nilai dari setiap murid Study group, Gamin menjadi suram mendengar bahwa nilainya bertotal 25. Bukan termasuk rata-rata.. tetapi benar bertotal 25. Nilai rata-ratanya adalah 8 dan duduk di ranking 217/221.Dan nilai Sehyun pun sangat berbeda total daripada yang lain. Jiwoo dan Jun apresiasi Sehyun, yang diketahui sebagai Jabrik Lemah bagi Jiwoo. Sehyun hanya bisa tersenyum canggung sambil menundung kepala nya, menatap pangkuannya. Gamin memperhatikan perlakuannya disebelahnya.

Penjelasan bu Hankyung pun dilanjutkan sampai sore hari. Grup study group pun dibubarkan.

Jiwoo pun bertengkar dengan Jun, memberikannya nickname sebagai Saus Sambal. Setelah itu, Sehyun ijin untuk pulang lebih awal karena dipanggil oleh ayahnya. Jiwoo dan Jun pun melanjuti apresiasi mereka pada Sehyun bahwa dia memiliki peluang yang sangat tinggi untuk masuk ke universitas.

Gamin, di sisi lain, menatap sosok Sehyun yang pergi dari tempat. Dia tidak percaya pada perkataan nya, membuatnya mengingat percakapan mereka pertama kali di kelas. "...aku? Karena keluargaku tidak suka aku belajar." Gamin menatap datar didepannya, berpikir panjang sebelum mengizinkan dirinya sendiri untuk pulang lebih awal juga pada Jiwoo dan Jun. Duo tersebut memanggilnya, karena seharusnya mereka belajar terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Jun pun menggaruk lehernya, menatap sosok meninggalnya Gamin. "Dasar, kacamata bodoh. Pergi tiba-tiba." Jiwoo bercekcok kecil.

Di sisi lain, aku berjalan di tengah lorong dengan headphone besar yang menutupi kedua kupingku. Semuanya terlihat sunyi sekali, tetapi ada banyak sampah yang tertinggal akibat tawuran. Tentu saja, tidak banyak sekali sampah di bagian lorong kelas cewek, karena pada umumnya mereka lebih memilih teknik perundungan tanpa membasahi tangan mereka dengan darah.

Langkahku melambat saat aku melihat mading dinding yang memiliki beberapa tulisan graffiti, bahkan ada gambaran yang tidak patut untuk sekolah normal. Beberapa kertas sobekannya yang terletak di lantai pun tidak dibersihkan. Mataku melesat kepada gambaran yang tidak penting, sampai kertas yang memiliki kata-kata nya tersobek. "tentu saja, mana mungkin smk yuseong akan ingin mempromosikan club. Jarang sekali aku melihat klub yang isinya bukan merundungkan orang lemah." 

Kata-kataku pun terhentikan saat melihat salah satu kertas yang ditempel di mading. "hmm?" aku bergumam, mengatakan kata-kata yang ditulis dibawah nafasku. "boleh juga sih... sudah lama aku tidak mengikuti organisasi itu..." ucapku kepada diriku sendiri, memegang dagu ku dengan ketertarikan. 

Chapter 7

Summary:

eps 38-39

Chapter Text

"Organisasi OSIS?" Hyunil Kang, atau biasa dipanggil Tahm Kench, guru pengawas SMK teknik yuseong, melihat isi kertas aplikasi untuk menjadi anggota OSIS serta melirik murid baru, (name) yaitu aku, yang berada di depannya. Aku mengangguk dengan senyuman kecil. Pak Tahm Kench pun melihat aplikasinya sekali lagi, gelisah akan pilihan ku sebagai anggota OSIS.

"Nak, apakah kau tidak ingin fokus dalam hal lain? Kau pun barusan masuk SMK dan sudah sergap ikut OSIS-" "saya bisa melakukannya, pak." ucap ku yang memotong omongannya. Tidak mungkin aku akan membiarkan sebuah guru merendahi keahlian ku.

Pak Tahm Kench melirik wajahku yang dipenuhi dengan kesenyuman. Dia pun tidak mengatakan apa-apa dan hanya menghela nafasnya serta menaruh kertas aplikasi ku di mejanya. "Mungkin saja Kyujin bisa menerima satu kandidat untuk tahun ini saja.." ucapnya. Mataku terbinar saat mendengar itu. "apakah itu artinya saya diterima, pak?" tanyaku.

"Tentu saja, kau akan diajari oleh ketua OSIS besoknya. Aku akan berbicara kepadanya, jadi saat kau dipanggil, siap-siap lah." ucap pak Tahm Kench, aku tersenyum lega dan menundukkan kepalaku sedikit, "terimakasih atas bantuannya, bapak. Saya tinggal duluan." ucapku sebelum keluar dari tempat ruang guru.

Setelah diluar, aku menyeret pintu ke samping untuk menutupnya, tidak lama pun aku menghelakan nafas yang tidak aku keluarkan. Plan-nya pun sudah terbentuk untuk tahap pertama. Saat aku membelok ke samping, aku melihat wajah yang familiar, terlihat memiliki amarah yang besar.

"kurang ajar.. si Kyujin.." perempuan berambut ponytail dengan makeup yang berlebihan itu pun berjalan cepat dengan emosi. "saat kejadian minggu kemarin, dia tidak ingin menatapku sama sekali! apakah dia gila?! dia pun tidak mengetahui siapa yang dia abaikan!" ucapan orang itu terdengar di seluruh lorongan. Jas birunya pun dilempar ke lantai, dengan adanya logo "OSIS" 

"Mihee! tunggu dulu!" temannya pun memanggilnya dengan cemas dibelakangnya sambil mengambil jas jatuhnya di lantai. Aku melirik mereka yang membelok ke arah toilet. Alis mata ku terangkat dengan rasa ganjil. 

Aku barusan saja masuk ke sekolah ini minggu lalu, tetapi sudah banyak kasus yang terjadi di dalam sekolah. Yah, tapi siapa yang akan aku mengeluh kepada? Ayah memaksa aku untuk menjadi murid di SMK yusong Icheon, SMK yang memiliki reputasi yang buruk dari berbagai sekolah lain, dengan alasan untuk memakai talenta ku, yaitu bela diri.

Aku pun tidak menyangka bahwa ayah akan mendaftarkan ku di tempat korea. Dimana aku berada, ada banyak sekolah yang memiliki reputasi buruk. Itu pun membuatku bingung ketika dia tidak menyekolahanku di kota ku. Akan tetapi..

Darah di tanganku.. menyebar seperti air kental.. bau yang menyengat sampai membuat paru-paru ku mengecil dan hatiku bertedak dengan cepat..

"Serius?! Yang benar saja! Kenapa tiba tiba sekali?!" suara cowok membuat pikiranku terhenti, dan aku melihat warna rambut merah yang sangat familiar. Ada juga beberapa orang yang berkumpulan di ujung lorong. Aku berjalan ke tempat dimana mereka berkerumunan, mataku sempat melirik papan kecil diatas pintu yang mengatakan "Ruang Kepala Sekolah"

"Apa yang sedang terjadi di sini?" ucapku yang mengambil perhatiannya jiwoo dan heewon. "ah, (name), tahu kah kalau gamin akan keluar dari sekolah?' tanya jiwoo, membuatku mengangkat alisku dengan bingung. "Keluar? dari SMK yusong?" aku bergumam, melirik ke dimana si sehyun menempel wajahnya di jendela tertutup.

Wajahku juga menempel ke jendela di sebelah sehyun. Di selahan korden yang tertutup, aku melihat sosok gamin dengan satu orang yang pendek daripadanya. Ibunya kah? Sepertinya ini memang hal yang serius ketika orang tua harus turun tangan.

"Cih, makanya coba kalau kemarin ke warnet bareng, ini semua gak akan terjadi." Ucap jiwoo di belakangku. Jun pun mengertak, "gamin tidak boleh pindah sekolah! Gamin adalah laki-laki yang akan membuat aku jadi kuat!" "kau masih memikirkan hal itu?" aku menatap jun dengan wajah datar.

"jangan langsung masuk ke kesimpulan! Daftar sekolah yang dibuat ibu gamin totalnya ada 3. Sma Daegang, sma Sehwa, dan Sma Songdo Hightech di icheon yang tidak memiliki masalah besar dan reputasinya baik." jelaskan Sehyun, "tapi setelah aku cari tahu, untuk transfer dari sekolah kita yang adalah SMK ke SMA Daegang atau Sehwa, prosesnya akan lama"

"Jadi SMA Songdo adalah pilihan terakhir nya?" tanyaku menarik wajahku dari jendela, "selama ada izin dari kepala sekolah pun dia bisa di transfer." aku menghela nafas, "karena itu, aku sudah bertindak duluan dari pagi." lanjut sehyun.

"Memujuk kepala sekolah di SMK yusong? Mustahil sekali." pintu ruang kepala sekolah pun terbuka, membuat lima kepala melirik dua orang yang keluar dari ruang itu. "Tidak bisa memberi izin? Aku benar-benar gak habis pikir." Ibu gamin berkata dengan kesal. Sehyun mengangkat jempol di belakang gw.

Hanya saja, harapan itu pecah saat ibu Gamin berkata bahwa akan pindah rumah ke seoul. "Kan, apa yang kubilang. Mustahil untuk membujuk seorang ibu." aku mengucap dengan helaan nafas santai. Jadinya pun kerumunan grup gw menjadi rusuh, melihat kalau ibunya sudah sergep menelepon agen rumah. "Kita butuh orang terpecaya... misal.." dan seperti pemicu, Jun, Heewon, dan Jiwoo berkata serempak, "bu hankyung!" 

Mereka pun berlari ke lorong lain, dan meninggalkan mu di depan ruang kepala sekolah. "gila sekali.. 1 minggu bisa menyaksikan masalah besar." aku hanya bisa menghela nafasku lalu membalikkan badan ke tempat tangga. Tanganku menyelip ke saku dan mengambil ponselku.

Aku pun langsung menekan contact "detektif maniac" tanpa berpikir dua kali, dan benar saja, si "detektif maniac" ini menjawab setelah 2 deringan. "ada apa, (name)? Kenapa kau tiba-tiba mene-"

"Ada kasus yang akan terjadi di seoul. Aku mengira ini ada kaitannya dengan Hanwool phi." ??!!