Actions

Work Header

That Bastard

Summary:

Seumur hidup baru kali ini Sylus merasa tak apa - apa ia jadi pecundang dan menunggu pemilik hatinya untuk barang sejenak saja memandang ke arahnya

Notes:

hi i really need to get this prompt out of my head....like literally i was frantically typing since 10 PM and publish it at midnight. I Hope you guys enjoy this short fic hehe

Work Text:

Seumur hidupnya Sylus paling benci jadi seorang pecundang, sejak kecil ia dididik untuk menjadi sosok alpha yang fokus pada tujuannya, mendapatkan apapun yang seharusnya menjadi miliknya, dengan cara yang bermartabat tentunya.

 

Tapi sejak mengenal sosok Zayne ia rasanya sudah dipecundangi besar - besaran. Memilih mengalah saat Zayne mengatakan ada alpha yang mencuri perhatiannya, sialan. Seluruh usahanya dalam mendapatkan perhatian omega itu seperti tidak ada harganya. Klasik, pemilik hatinya itu jatuh cinta pada teman masa kecilnya.

 

Caleb

 

Sylus belum pernah memanjatkan doa yang sejahat ini selama hidupnya, ia hanya ingin Caleb tidak membalas perasaan Zayne, mengatakan bahwa mereka cukup menjadi teman saja. Bukan karena apa, ia tahu bagaimana Caleb di luar sana, playboy kelas kakap.

 

Semakin merasa jadi pecundang saat Zayne bercerita bahwa ajakan kencan dari Zayne disambut dengan baik oleh Caleb. Sylus lebih sering mengajak Zayne menghabiskan waktu di akhir pekan saat Caleb sibuk entah melakukan apa, kenapa perasaan itu malah tumbuh untuk Caleb? Bukan untuknya.

 

"Sylus! Caleb menerima pernyataan cintaku!"

 

Dunianya terasa runtuh, feromon Zayne yang selama ini membelai lembut indra penciumannya kini terasa seperti pukulan telak pada wajah dan cekikan ketat di lehernya, omega itu mengeluarkan aroma semanis ini untuk alpha lain. Sylus hanya mengucapkan ucapan selamat yang tentu saja tidak datang dari hatinya.

 

Jauh dari sebelum Zayne mengatakan ia ingin mengutarakan perasaanya pada Caleb, Sylus sudah memberi peringatan bahwa Caleb bukanlah sosok alpha seperti yang ada dalam benak Zayne, si manis marah besar, berkata bahwa ia mengenal Caleb jauh sebelum Sylus masuk dalam kehidupan mereka,kala itu Sylus habiskan akhir pekannya mengejar maaf dari pemilik hati. Jika ayahnya tau, ia pasti akan menerima umpatan dari pria itu, ia layaknya pengemis yang memohon sedikit koin dari si kaya.

 

Zayne remaja yang pintar secara akademik, tapi tuhan maha adil, omega manis ini bodoh soal percintaan, berulang kali Caleb batalkan janji tanpa sebab, ia akan memaafkan, jika ia tak sengaja menuntut kejelasan dan berujung naiknya amarah Caleb, Zayne yang akan merangkak dan bersujud untuk meminta maaf.

 

Sylus juga sama bodohnya, masih berharap Zayne suatu hari nanti akan melihat ke arahnya dan meninggalkan bajingan itu. Kelakuan Caleb semakin kurang ajar sejak mereka memasuki perguruan tinggi, sialnya ia dan Caleb harus berbagi jurusan dan kelas yang sama.

 

"Caleb bilang sedang ada pertemuan himpunan…tak apa, kue ini masih bisa dimakan besok"

"Yeah right, lalu apa yang aku lakukan disini? Kabur dari pertemuan himpunan?"

"Mungkin, kamu benci pertemuan nggak jelas kan…"

"Oh for fuck sake, Caleb sedang clubbing dengan senior kami, bukan acara himpunan!"

 

Sylus tunjukkan posting sosial media dari seniornya, menjejalkan layar ponselnya di depan wajah Zayne, biar si manis sendiri yang menilai pertemuan himpunan di club dekat kampus mereka itu, mungkin dalam benaknya anak teknik seperti mereka suka berunding tentang proker angkatan di meja club dengan alkohol murah.

 

"Mungkin acaranya sudah selesai dan sekarang mereka sedang berpesta"

 

Sylus dibuat muak oleh seberapa besar rasa maafkan yang Zayne simpan untuk semua kelakuan kurang ajar Caleb, hari ini peringatan hari jadi mereka. Ia yang menemani Zayne sejak pagi keliling toko bahan kue untuk membuat cake, seharusnya Caleb tapi entah alasan bodoh apa yang ia jual dan Zayne beli dengan sepenuh hati.

 

Saat Caleb datang ke pelukan Zayne dengan feromon yang bercampur dengan entah omega mana lagi Zayne hanya bisa diam, tidak ingin memulai pertikaian, kekasihnya itu mungkin baru pulang dari kerja kelompok dengan temannya, wajar bukan? Ia ingat betul saat mereka beradu argumen hebat tentang hal ini.

 

Zayne sudah berteriak kencang menuntut kejelasan siapa pemilik feromon itu, kenapa bisa menempel begitu lekat di tubuh kekasihnya, matanya sudah banjir air mata, cup cake yang ia buat untuk sang kekasih kini sudah tercecer di lantai, nafasnya berderu hebat menanti jawaban sang kekasih. Caleb mendekapnya erat, membisikkan kata maaf…

 

"Kamu pasti lagi capek persiapan ujian anatomy kan, kita cuma ketiduran biasa setelah nulis laporan praktikum, nothing more" Caleb mengusap lembut punggung Zayne yang bergetar hebat "aku sayang kamu, maaf aku salah ngga kasih kamu kabar, aku bakal perbaikin semuanya…tapi kamu harus tetap di sisi aku ya biar kita bisa perbaiki bareng - bareng, maaf ya sayang"

 

Zayne beli bualan yang keluar dari mulut kekasihnya, entah untuk yang keberapa kalinya, ia pikir bagaimana bisa Caleb berubah kalau ia tidak ada disana untuk melihat dan membantu kekasihnya memperbaiki hubungan mereka.

 

Sylus sudah pasrah, demi tuhan ia sudah pergi ke berbagai kencan buta, makan malam dengan omega atau beta yang temannya coba kenalkan pada pemuda itu, nihil tak ada satupun dari mereka yang mampu menggeser kehadiran Zayne dalam hatinya. Ia akan jadi pecundang yang siap menangkap Zayne jika Caleb sudah muak bermain - main dengan omega manis itu.

 

"Aku menerima lamarannya" Zayne menunjukkan sebuah cincin yang bertengger manis di jarinya, mereka bukan remaja tanggung lagi sekarang, Zayne sibuk dengan koasnya dan Sylus kini bekerja di sebuah perusahaan konstruksi ternama. Selain revisi hitungan rangka bangunan, ternyata ada hal lain yang mampu memberinya sakit kepala yang tak kalah hebatnya.

 

Semua buktinya sudah ada didepan mata, Zayne lihat sendiri Caleb mencumbu pria lain di Club, cincin pertunangan mereka kini entah ada dimana, jari Caleb polos tak berhias apapun. Sylus berdiri di belakangnya "that's the man you're going to marry" netra merah Sylus menatap nyalang ke arah Caleb, minggu lalu ia menghampiri bajingan itu hampir melayangkan pukulan telak ke wajah menyebalkan itu.

 

"Coba aja, kalau berhasil ambil aja itu omega"

"Bajingan! Ngapain lo lamar kalau kelakuan lo masih kaya gini!Nidurin orang di club sana sini!"

"Zayne yang jadi tunangan gue aja nggak pernah protes, lo siapa?"

"...Lagian tiap gue buat salah, tinggal minta maaf, dia bakal maafin"

 

Sylus ingat betul wajah angkuh Caleb solah menyatakan bahwa sekeras apapun usaha Sylus dalam menyadarkan Zayne tentang betapa tidak sehatnya hubungan antara ia dan Caleb, pria dengan paras tegas itu pasti akan gagal karena sejak awal Zayne sudah berada dalam genggaman Caleb.

 

Kalau Sylus tau hasil perbuatannya akan merampas kilauan indah di mata Zayne, mungkin ia akan memikirkan ulang bagaimana cara membongkar kebusukan Caleb, Zayne masih diam saja meski ia sudah ajak pria itu bicara, arah matanya menatap kosong cincin pertunangannya dengan Caleb. Tapi sungguh, ia sudah kehabisan cara lain untuk segera menyadarkan pria manis itu sebelum melangkah lebih jauh dengan alpha yang salah.

 

"Kalau batal…keluarga aku malu…"

"Yang harusnya malu itu Caleb dan keluarganya, bukan kamu!"

"...aku bodoh ya? Semua yang dia bilang aku percaya"

 

Zayne batalkan pertunangannya dengan Caleb, memutuskan untuk lanjut program Magister di luar negeri, Sylus hanya bisa memeluk teman dekatnya dengan erat, berharap keputusan yang pemuda itu ambil akan menjadi sesuatu yang baik, rasa cinta yang ia simpan untuk Zayne masih belum hilang, namun Sylus ingin memberi waktu untuk pemuda itu membuka hati, bodoh memang keputusannya itu.

 

Tapi lebih bodoh lagi gerakan yang ia ambil setelah melepas pelukannya, tangannya dengan lembut mengikis jarak antara mereka, menempelkan bibir miliknya pada bibir tipis nan lembut milik Zayne.

 

"I hope you'll look at the other way when you're back. Aku masih disini, nungguin kamu, semoga lancar ya program magister nya, text me when you're all setlle there"

 

Diluar dari ekspektasknya, kecupannya pada bibir Zayne dibalas dengan sebuah dekapan hangat dan sebuah janji sebelum pemuda itu menghilang dibalik pintu ruang tunggu.

 

The End