Actions

Work Header

Rating:
Archive Warnings:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2025-10-07
Words:
1,886
Chapters:
1/1
Comments:
3
Kudos:
54
Bookmarks:
1
Hits:
1,877

caged

Summary:

harusnya jihoon nggak gampang percaya sama orang asing

Work Text:

sore itu hujan deras, han jihoon yang baru saja pulang dari sekolah menunggu untuk dijemput sang ayah di halte depan sekolahnya seperti biasa, sepatunya sudah basah dihentak hentakkan untuk melawan dingin yang tiba tiba menyerang.

anak SMA dengan rambut pirang itu berdiri sendiri disana, sekolah sudah sepi dan teman temannya sudah banyak yang meninggalkan area sekolah, jihoon tidak punya banyak teman, hanya woonhak dan jihoo yang terlihat sering bersamanya, keduanya sudah pulang jadi jihoon menunggu sendiri di halte sore ini.

mungkin ayah sedang terjebak macet karna hujan deras ini, jihoon tidak banyak protes, anak itu menunggu dengan sabar.

tapi saat mobil merci hitam berhenti didepannya anak itu mendongak, itu bukan mobil ayah, terlihat seorang laki laki turun dengan payung hitam dari mobil, badannya tinggi tegak dengan jaket hitam yang membalut, sedikit terlihat menyeramkan, tapi laki laki itu menatap jihoon dengan senyuman hangat, seolah memastikan dia bukan tanda bahaya.

"han jihoon"

suara berat dari mulut laki laki itu memanggil, jihoon mengernyit kecil, mereka bukan orang yang saling kenal dan jihoon tidak ingat pernah lihat orang ini dimana.

jihoon berjalan mundur, kata mama harus waspada kalau ada orang asing yang tiba tiba mendekat.

"aku shinyu, temen kakak sepupu kamu dohoon"

mendengar nama dohoon disebut, han jihoon mulai berani menatap orang didepannya ini, masih dengan tatapan bingungnya.

"temen kak dohoon?"

jihoon amat sangat dekat dengan kakak sepupunya itu, meningat mereka berdua sama sama anak tunggal.

"iya, kita dari kampus dan jurusan yang sama, aku disuruh dohoon buat jemput kamu"

bingung, jihoon memiringkan kepalanya penuh tanda tanya.

"iya kah?"

shinyu tersenyum tipis, mengangkat handphonenya dan menunjukan layar yang berisikan chat dari dohoon yang berisikan perintah untuk menjemput jihoon dari sekolah.

"tapi ayah nggak bilang apa apa"

anak itu masih waspada, tapi kakinya tidak mundur lagi saat shinyu melangkah mendekat.

"katanya takut kamu nunggunya lama"

jihoon mengangguk paham, pasti ayah benar benar terjebak macet karna hujan sore ini.

"mau pulang bareng? atau nunggu ayah kamu?"

jihoon berpikir sejenak, menatap awan hitam yang masih saja mengeluarkan rintik air dari atas sana, terlihat kilat mulai bermunculan, mungkin pertanda hujan masih akan sangat lama reda.

"mau"

ucapan dari jihoon barusan mengundang senyum lebar dari shinyu, laki laki itu membawa jihoon untuk berteduh dibawah naungan payungnya, melindungi jihoon dari air hujan sampai masuk kedalam mobil.

"kita ketempatku dulu ya, mau ambil barang"

jihoon yang kurang paham hanya bisa mengangguk, lagi pula sudah diberi tumpangan, yang penting jihoon bisa sampai rumah sebelum hari berubah malam.

"aku panggilnya kak shinyu boleh?"

suara jihoon memecah keheningan di mobil kala itu, shinyu hanya mengangguk tanpa menjawab lebih banyak.

mobil shinyu berhenti di basement sebuah apartmen mewah ditengah ibu kota, jihoon mengikuti shinyu yang turun dari mobil, masuk kedalam lift dan sampai didepan unit apartmen milik shinyu.

"ayo masuk han jihoon"

jihoon hanya menatap shinyu yang menunggunya disebrang pintu, dan akhirnya ikut masuk kedalam unit apartmen shinyu.

"kakak temenan sama kak dohoon dari kapan?"

yang lebih muda bertanya sesaat setelah shinyu menutup pintunya rapat, shinyu melepas sepatunya didebelah pintu dan memasukannya pada rak sepatu, diikuti jihoon setelahnya.

"dari awal kuliah"

jawab shinyu sambil melangkah masuk, jihoon diarahkan untuk menunggu di sofa, sedangkan shinyu masuk ke kamar untuk mencari sesuatu.

hening, jihoon menatap sekeliling dengan seksama, melihat lihat interior apartmen yang ditinggali shinyu ini, terlihat classic dan classy.

semuanya berjalan normal, tidak sampai jihoon kejang kecil saat merasakan sengatan listrik dari belakang lehernya, jihoon teriak tertahan, berusaha meraih benda yang menyengatnya tapi kalah cepat dengan kesadarannya yang tiba tiba menipis.

jihoon masih sadar saat badannya diangkat dan dipindahkan keatas kasur, anak itu juga masih sadar saat kemeja seragamnya dilepas dan tangannya diikat keatas kepala, jihoon sadar diapa pelakunya, dan makin jelas saat anak itu sudah sanggup membuka matanya kembali.

panik, jihoon berontak saat dirasa tangannya tertahan diatas kepala, terikat jadi satu pada headboard ranjang, didepannya ada shinyu yang menatapnya lapar.

sial, apa apaan ini semua, seharusnya jihoon menolak tawaran shinyu dan menunggu ayah datang, harusnya jihoon tidak percaya dengan bukti chat yang terlihat aneh dengan cara ketikan dohoon yang amat berbeda.

jihoon bodoh, jatuh pada perangkap orang asing, terkurung ditempat bagus yang sebentar lagi bisa saja berubah menjadi mimpi buruk.

"finally, i got u han jihoon"

shinyu mendekat, mencengkram pipi jihoon saat anak itu berontak, yang lebih muda menatap tidak sudi, kakinya mencoba menendang shinyu dengan sekuat tenaga, shinyu terdorong kebelakang, tapi dengan cepat kembali berdiri tegak.

pipi jihoon ditampar keras, pipi kanannya merah padam dengan bekas telapak tangan shinyu yang tercetak disana.

"lepas!"

teriakan itu terdengar menggelegar, penuh amarah dan tidak sabaran, mata jihoon jelas memancarkan ketakutan, anak itu takut akan apa yang akan dilakukan shinyu kedepannya.

"oh, don't make it hard han jihoon, i don't want to hurt you"

suara rendah itu terus mengalun, jihoon masin berusaha keras untuk melepas ikatan di tangannya.

sedangkan shinyu bergerak mendekat, mengelus pipi jihoon lembut, mengecup rahang yang lebih muda dengan hati hati, seolah han jihoon adalah kaca paling rapuh yang ada dimuka bumi.

tapi jihoon tidak pernah meminta, anak itu tidak suka, matanya panas saat tangan besar shinyu mulai turun pada pinggangnya, mengelus dan meremat area pinggangnya, han jihoon tidak suka.

shinyu makin mendekat, bibir laki laki itu mulai mendekat pada bibir jihoon, membawa bibir tebal jihoon pada pangutan panas yang tidak bisa dihindari.

nafas jihoon terengah saat ciumannya terlepas, anak itu masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, jihoon marah, tidak sudi dengan apa yang shinyu lakukan padanya.

jihoon meludah, tepat pada wajah shinyu, tapi yang lebih tua malah tertawa pelan, mengusap ludah jihoon begitu saja seolah bukan apa apa.

"lu siapa anjing?!"

teriakan itu terdengar lemah dan sedikit bergetar, jihoon hampir menangis saat itu juga, dan shinyu dengan jelas menyadarinya.

"kita sudah kenalan, aku shinyu teman kakak sepupu kamu"

jihoon menggeleng, air matanya mulai turun.

"bohong! kak dohoon nggak temenan sama orang brengsek kayak lu!"

shinyu tertawa lagi, mengelus rambut pirang jihoon dengan lembut.

"pinternya jihoon, tapi kalau tau dari awal kamu harusnya nggak ikut kesini"

jihoon menggeram pelan saat tangan shinyu turun kebawah, mulai menjamah penisnya yang masih terbungkus celana.

"lepas! apa apaan lu bangsat!!"

shinyu tidak pernah suka dengan umpatan kasar yang terus keluar dari bibir cantik jihoon, anak ini harus sedikit diajari sopan santun, jadi dengan entengnya tangan shinyu makin gencar dibawah sana, menekan dan mengcengkeram dengan keras.

"a-nhhhh"

situasi makin memanas, kaki jihoon menendang asal kesegala arah, anak itu panik bukan main saat shinyu mulai menarik celananya turun.

"enggak!! jangan bangsat!"

lagi, pipi jihoon ditampar lagi, kali ini lebih keras sampai nafas jihoon tercekat.

"bibir cantik kamu nggak seharusnya ngeluarin kata kasar kayak gitu"

shinyu kembali menoleh kebawah, mulai mengurut penis jihoon dengan pelan, sesekali menatap wajah jihoon untuk melihat reaksi dari yang lebih muda.

desahan dan rintihan kecil mulai terdengar, tangan shinyu mempercepat kocongan di penis jihoon, membuat anak itu pusing bukan main, tenaganya terkuras habis, badannya lemas dengan rintihan yang kian gencar terdengar.

"a-ah! ah! lepasin bajingan"

pilihan kata yang kurang tepat han jihoon, karna tiap kata kasar keluar dari mulutnya, maka shinyu akan menampar penis anak itu dengan keras, tanpa ampun dan tanpa peringatan.

jihoon berteriak saat putihnya keluar, nafasnya memburu dadanya naik turun dengah tidak teratur, sedangkan shinyu tersenyum puas saat putih jihoon membasahi tangannya.

"does it good baby?"

jihoon tidak sanggup menjawab, matanya sayu dan kabur karna air mata yang mulai menumpuk dikelopak matanya, nafasnya masih tidak teratur, han jihoon already lost himself.

shinyu mulai melucuti celananya sendiri, jihoon menggeleng pelan saat melihat apa yang dilakukan shinyu dihadapannya.

"be a good boy, and everything will be easy"

laki laki itu memposisikan dirinya diantara kedua kaki jihoon, membuka paha yang lebih muda dengan entengnya, memperlihatkan lubang jihoon yang mulai berkedut dibawah sana.

lagi, kali ini tanpa persiapan apa apa, yang lebih tua mengarahkan penisnya kedepan lubang jihoon, menggodanya dengan gesekan pelan.

"n-no..... please......"

jihoon menangis, kepalanya mendongak saat shinyu mulai mendorong penisnya masuk, teriakan tertahan jihoon memenuhi kamar shinyu.

gila, gila, gila.

sepertinya shinyu kehilangan kewarasannya, jihoon tidak diperisiapkan sama sekali, lubang anak itu masih kering bukan main, hanya pelepasan jihoon yang digunakan sebagai pelumas dan itu tidak cukup.

sakit, jihoon meringis kesakitan, jari kakinya menekuk menahan sakit, tangannya berusaha meraih tali yang mengikatnya, mencari pegangan.

"sakit...... s-sakit kak......"

jihoon merintih, suaranya serak, matanya basah dan wajahnya memerah, shinyu tidak merespon, telinganya seakan tuli karna sibuk menikmati miliknya yang dicengkram didalam sana.

shinyu mendesah pelan saat miliknya bisa masuk sepenuhnya kedalam jihoon, sedangkan yang lebih muda makin menangis, mata sayunya menatap shinyu dengan penuh mohon untuk diampuni.

shinyu menunduk, mengecup bibir jihoon sambil mulai menggerakan pinggangnya.

"s-sakit! sakit! u-udah..... kakak! ke-luarin!"

berisik, jihoon benar benar berisik dengan segala rengekan dan teriakannya itu, jadi shinyu mulai melesakkan jari jarinya pada mulut jihoon, menekan lidah jihoon agar tetap diam.

shinyu mulai mempercepat gerakannya, menghiraukan jihoon yang menangis keras dibawahnya, shinyu tersenyum melihat perut bawah jihoon yang sedikit menyembul tiap kali pinggangnya bergerak maju, itu miliknya, terlihat diperut bawah jihoon.

jihoon pusing, lubangnya penuh sekali, dan berulang kali melenguh saat shinyu menumbuknya lebih dalam, dalam dan dalam.

rasa perihnya masih ada, tapi tiap shinyu menekan perut bagian bawah jihoon, lenguhan anak itu kian terdengar jelas.

shinyu menarik jarinya menjauh dari mulut jihoon, sudah becek dan basar, jari jari itu dibawa kebawah untuk menyentuh penis jihoon yang mengacung tegak.

"a-ah!! jangan! j-jangan dipegang!"

gerakan shinyu makin kencang dan tidak teratur, jihoon tersentak keatas kebawah tiap shinyu menggerakan pingangnya, han jihoon hancur berkali kali dibawah shinyu, lenguhan dan desahan keras terus keluar dari belah bibirnya, ucapannya makin tidak jelas, kepalanya makin kosong tiap shinyu menekan perutnya.

"j-jangan diteken!"

sempit dan sesak, jihoon makin bisa merasakan milik shinyu keluar masuk dengan jelas saat perutnya ditekan, kepalanya makin pening merasakan nikmat yang tidak terduga.

tangan shinyu mencengkeram paha dalam jihoon, menahannya agar tetap ditempat, sesekali menampar penis yang lebih muda.

han jihoon keluar lagi, putihnya menyembur lebih banyak kali ini, nafasnya makin berantakan saat shinyu tidak memberinya jeda.

"t-tunggu!! stop! stop! akhh!!"

jihoon mulai bergetar, overstimulation!

shinyu makin mengencangkan gerakannya, berantakan dan cepat, karna memang mengejar pelepasannya sendiri.

shinyu melenguh saat putihnya keluar, dibarengi dengan jihoon yang keluar lagi, lubang jihoon penuh, becek dan hangat, shinyu mengeluarkannya didalam.

yang lebih tua langsung mencabut miliknya, kemudian melangkah pergi sejenak, waktu itu jihoon gunakan untuk mengatur nafasnya.

shinyu kembali membawa sebuah pisau lipat, yang awalnya jihoon kira untuk melepas ikatan ditangannya, tapi shinyu mengarah ke pinggangnya, mengelus dan mengecup pinggang jihoon yang ada bekas cengkeraman tangam shinyu.

tidak ada aba aba, pisau lipat tadi mulai menggores kulit bersih jihoon, mengundang teriakan dari jihoon tentunya, tapi shinyu abai, tangannya masih sibuk mengukir tulisan disana.

"akhh! a-ampun! sakit......."

jihoon mendongak, meringis kesakitan saat perih menembus kulitnya.

akhirnya shinyu selesai, ukuran dipinggang jihoon lumayan dalam, terukir "shinyu's" disana, sengaja diukir agak dalam agar meninggalkan bekas tentunya.

jihoon menatap shinyu dengan tatapan sayunya, anak itu sudah tidak berdaya, badannya penuh bekas cengkraman tangan dan kissmark dimana mana.

jihoon berantakan, rambut yang biasanya lembut dan halus itu kini terlihat lepek karna keringatnya sendiri, ini bukan han jihoon yang pertama kali shinyu temui saat dohoon membawanya untuk berkeliling kampusnya.

shinyu dan dohoon tidak berteman, hanya seseorang yang kebetulan satu jurusan di kampusnya, dan harusnya dohoon tidak membawa jihoon hari itu, harusnya shinyu tidak melihat anak dengan tawa renyah dah senyum manis, digandeng dohoon untuk sekedar berkeliling gedung fakultas.

harusnya shinyu tidak bertemu jihoon hari itu, maka shinyu tidak akan jatuh pada pesona han jihoon yang tiada tara.