Work Text:
Hi, hari ini panas sekali. Aku kira hariku bukan mendung di awan, mendung di kepala juga ternyata. Aku hanya bersiap berangkat ke kelas Professor Namjoon, untung saja pacarku tidak susah dibangunkan. Kelas ekonomi politik dan seni kali ini jadi kelas terakhir sebelum memasuki minggu ujian akhir semester dan berganti semester baru. Sekaligus tantangan berat untuk aku.
Yeonjun, yang kalian tahu dia bukan dipandang bintang kampus semata, dia superstar, baik, ramah, senyuman cerah seperti matahari pagi yang hangat. Kaki putih mulus, tingginya hampir menyamai si dianggap angkuh dan tenang, si kapten basket Choi Soobin. Rok hitamnya mengekspose seluruh kulit seputih susunya, sepatu converse chuck taylor hitam melangkah mantap. Menimbulkan suara halus antara keramik dan sol karetnya yang tebal. Yeonjun berdeham pura-pura meloloskan batuk palsu dari tenggorokan. Seolah dia sengaja melakukannya. Dia kencangkan pegangan pada sling bas mahalnya, si pemuda Choi Soobin masih dengan jersey biru dilapisi kemeja kotak-kotak hitamnya tampak tidak peduli. Yeonjun terkenal menarik banyak pasang mata, dimanapun Soobin bertemu dia, Yeonjun selalu berjalan jumawa dan anggun layaknya di atas run away.
"Karena kamu masuk terakhir, aku yang duduk di sini. Kamu di sampingku, kamu ngerti?" Todong Yeonjun percaya diri ketika dia sudah duduk manis, bahunya sedikit terekspos, tanktop spaghetti hitam menempel ketat dan pas dipasangkan dengan mini skirt hitam rampel hari ini. Sedikit aksesori anting gold dan Soobin akui itu sempurna. Tidak. Setiap dia melihat Yeonjun, semua mata akan menilai dia sempurna.
Soobin hanya menatap lantai tanpa melihat Yeonjun dan duduk bersebelahan. Dia tidak ada niat menganggu, mereka mengeluarkan ipad masing-masing. Kursi depan paling bawah sudah terisi. Hanya beberapa yang duduk di belakang, kursi paling atas, ada Wooyoung dan Taehyun berjarak tiga kursi di bawah Yeonjun dan Soobin.
Proyektor di bawah sana masih gelap, podium belum juga terisi oleh kedatangan Professor Namjoon. Soobin sibuk merapikan materi dan sesekali memainkan ponselnya.
'What do you think of me today baby?' seseorang dengan berani menebar umpan pada Choi Soobin?
'What do you expect me to say? You expose it to me a pussy last Monday no?'
'You eat it rough. Did you forgot?'
'Kamu. Little bitch.'
Ujung bibir Soobin terangkat, menunggu apa yang akan seseorang itu kirimkan sebagai balasan. Di sana online.
Jarinya mengetuk belakang ponselnya, menunggu dan menebak.
"Selamat pagi class. Sudah tahu apa yang akan kalian pelajari hari ini? Saya kira tidak akan banyak yang mendaftar untuk kelas istimewa. Bukankah saya terkenal arogan diantara siswa?" Para mahasiswa menggeleng dan berkata 'tidak' menanggapi gurau si Professor. Seluruh ruangan tertawa.
Waktu mengalir selama dua puluh menit. Soobin mengikuti kelas dengan baik.
'Wanna play?'
'Fuck you. Bukankah kamu telat balas, dasar jalang kecil.'
Yeonjun tersenyum licik di sebelahnya. "Oh, fuck me? Sure." Bibirnya bergerak tanpa suara pada Soobin
Yeonjun sedikit membungkuk, melepas g-string hitam tipisnya. Jika sedang tidak di kelas, Soobin bisa merobek celana dalam renda yang Yeonjun pakai detik itu. Dia hanya bisa mengeratkan rahangnya, "Yeonjun." Suaranya pelan, memberat.
"Yeah?" Ucap Yeonjun sengaja, menggoda, menatap lurus tepat di mata hitam Soobin, dia sengaja berhenti melepasnya sampai betis, hingga buat Soobin meremas paha dalamnya. Ponselnya tergeletak di atas Ipad-nya, telinga Soobin sunyi, suara speaker Professor di bawah sana seakan kabur entah kemana. Dia menelan ludah, "Can you not? We are in class."
Yeonjun dengan satu tarikan loloskan g-string hitam itu dan memasukkannya ke dalam tas. Milik Soobin.
"Fuck. Yeonjun."
"I do." Bisiknya
Meski wajahnya sedikit marah, tangan kanan Soobin tetap mengelus selangkangannya. Memberi satu cubitan kecil di kemaluan Yeonjun. Membelahnya, naik turun, menggelitik dan mendebarkan adrenalin. Yeonjun mengerang pelan, "mmhhh, wanna play me so bad uh?"
Alis Soobin menukik, tanda dia menerima itu sebagai tantangan. Dia menangkup kemaluan Yeonjun penuh dengan telapak tangannya. Menggesek, lengket, basah, dan merah di sana.
Gerakkannya konstan, sentuhannya halus namun penuh tekanan. Yeonjun semakin berani lebarkan kakinya, menyingkap mini skirt hitam yang bahkan tidak menutup setengah pahanya. Kepalanya tertunduk, melihat bagaimana tangan berurat Soobin bermain di bawah sana. Mencolok lubang kemaluannya, lalu mencubit klitoris Yeonjun, buat dia melenguh. Lalu cincin tebal di jari telunjuk Soobin, oh my god, Yeonjun merasa dingin ketika benda titanium itu menyentuh kulitnya. "Sshh, ahh ..."
Suara itu mengundang perhatian Wooyoung, seketika Soobin berhenti, tanpa melepas cubitan di klitoris kecil kenikmatan Yeonjun. Lagipula Wooyoung ataupun Taehyun, temannya, tidak akan melihat tangan Soobin beraksi di balik rok hitam Yeonjun. "Jun, apa kamu sakit?"
"Yeonjun. Kamu dengar Wooyoung?" Soobin bertanya dengan tatapan polos, lalu koreksi kacamata hitamnya, tentu itu hanya trik. "Iya, Hyung. Apa kamu sedang tidak enak badan? Kamu berkeringat banyak." Sahut Taehyun.
"Ahh, n-no. Lagi lupa sarapan pagi ini. Agak lemasㅡ Ahh!" Yeonjun menahan suara kotornya, tidak ingin buat Wooyoung dan Taehyun curiga. Tidak peduli karena Yeonjun yang mulai, Soobin pukul kemaluan Yeonjun, cukup buat Yeonjun mengaduh. Kedua tangannya menggaruk meja, buku jarinya memerah.
"AH- mungkin aku sakit perut." Ucap Yeonjun meyakinkan, tatapan Wooyoung dan Taehyun semakin khawatir.
"Soobin Hyung. Kamu bisa bantu Yeonjun hyung? sepertinya dia kesakitan."
"Iya benar. Yeonjunieku seperti tidak baik-baik saja."
Tentu saja, hanya dengan jari Choi Soobin si pendiam ini dia sudah keenakan.
"Oh, benar. Kamu berkeringat banyak. Aku bisa antarkan." Dengan mata polosnya, tangan Soobin menggaruk lubang basah Yeonjun. Membelahnya sekali lagi sebelum meninggalkan klitoris yang gminta dipuaskan.
Soobin tersenyum, menatap Taehyun, lalu Wooyoung. "Thanks, sudah bantu Yeonjun untukku. Mungkin kita tukar materi lain waktu, Jun. Soobin mau antar kamu pulang."
No. He won't. Batin Yeonjun. "Okay."
Tentu tidak akan pulang. Soobin pastikan itu.
Soobin kemasi barang mereka berdua, tetap pura-pura membantu Yeonjun. Meskipun dia masih bisa atau tentu memang bisa, lagipula Yeonjun sudah terlanjur lemas karena enak. Kemaluannya dingin dan berkedut. Sudah basah, tapi mereka menyadari dan meyakinkan sekali lagi bahwa Yeonjun sakit. Haha. Dia bahkan belum cum. Baru mulai bermain juga sudah terasa nikmat. Soobin bawa tas Yeonjun, tidak masalah dia bawa tas miliknya. Mereka berdiri bersiap meninggalkan ruangan. Soobin merangkul pinggang ramping Yeonjun, "You okay?" sedikit sentuhan pada kemaluan basahnya dari balik belakang rok mini Yeonjun.
Yeonjun tersenyum miring, mendaratkan kecupan basah di rahang Soobin. Dia berbisik. "More than okay to get ruined by you."
"Kamu benar-benar bikin aku pusing, Jun."
Meski merasa bersalah pada teman Yeonjun dan temannya sendiri, Soobin sudah terlanjur menanggapi permainan pacarnya.
Pegangan Soobin pada pinggang Yeonjun membuatnya puas. Selama keluar dari ruangan, Soobin membawanya ke tempat ia biasa berlatih basket dengan timnya. Ada satu ruangan yang cukup luas tempat untuk rapat dan koordinasi tim. Rak Snack dan loker peralatan, satu meja kerja dan kursi. Satu sofa yang cukup lebar dan empuk. Yeonjun sentuh satu nama di depan pintu loker yang terkunci, Captain Choi Soobin. Dia tersenyum, bagian bawahnya berkedut, sudah tidak sabar untuk di lahap si pemilik. "Apa lihat namaku sudah bikin kamu puas?"
"Possessive, coba baca nama kamu sendiri, Soobin." Dalam sekejap punggung Yeonjun terjatuh di sofa berwarna biru gelap tepat di sebelah loker.
Dua tangan Soobin melepas blazer cream Yeonjun, melemparnya ke sembarang arah, kakinya membuka paksa paha Yeonjun. Menyingkap rok yang tidak berguna. Yeonjun menarik kepala Soobin mendekat, mengadu lidah basah dengan suara cabul bibir yang rakus meraup nafsu. Di bawah sana, tangan Soobin tidak tinggal diam, dia gesek klitoris Yeonjun dengan ibu jarinya. Tidak ada satu jari Soobin yang tidak berguna bagi Yeonjun. Nafas berat dan keringat mendominasi ruangan yang sudah dikunci dari dalam.
"Sudah teriaknya? Enak menggodaku tadi?"
Dua pukulan ringan buat Yeonjun tertawa, menikmati bagaimana cara Soobin memarahinya.
"Ahh, oh my gosh, Bin.." Soobin paksa masuk dua jari sekaligus, "kayak gini, kamu berani tunjukkin itu ke Wooyoung dan Taehyun? Basah sekali, mau enak dan sampai harus bikin aku marah?"
"Ah. Fuck. Mau lagi punya kamu." Wajahnya sudah seperti bintang porno di website chudai yang sering dibicarakan beberapa teman-temannya. Hanya suara kotor kemaluan basah Yeonjun dan gerakan jari-jari Soobin tanpa ampun, Yeonjun bergetar hebat.
Dia terbayang ketika Yeonjun overstimulasi senin lalu. Penis Soobin berkedut, keras dan tegang di balik celana jersey birunya. Dia gesekkan kemaluan mereka, buat Yeonjun ikut melawan gerakan Soobin. Dengan cepat Soobin bebaskan penisnya, dia kembali menyentuh klitoris Yeonjun dengan kepala penisnya yang memerah. Desah dan nafas kasar beradu, mencari friksi nafsu dan gairah. "Kamu basah Yeonjun."
Soobin mencengkram pinggulnya, lalu dia mulai masuk perlahan, memancing suara tak senonoh Yeonjun, melengking, halus, seperti tercekik. "Yeonjun." Soobin mendongak, matanya tertutup kabut kenikmatan, otot Yeonjun menggenggam miliknya, hangat.
"You're so big, baby."
Mereka berciuman pelan, menikmati cinta dunia. Tidak lama pinggul Soobin bergerak, pelan, tanpa tekanan. Gerakkan tanpa ragu, hanya lenguhan Yeonjun, buat isi kepala Soobin ribut dan penuh.
"Kamu sengaja ... buat dapat ini, kan? Kepala Choi Yeonjun yang pintar hanya berisi penis Choi Soobin dan mulutmu yang memuaskan aku di bawah meja saat belajar?"
Dia tidak menjawab, "Yes, fuck. Soobin mau cum lagi."
Semakin lama sodokan itu semakin cepat dan tidak beraturan, tidak peduli Yeonjun berapa kali menangis. Sungguh dia tidak akan tinggal diam, mungkin Soobin kesal tetapi dia tidak bodoh. Soobin tahu pacarnya seperti jalang. Di balik paras cantik dan sikap lembutnya, jalang kecilnya berubah jadi singa betina. Tidak di hadapan banyak orang, tetapi di hadapannya. Penyatuan kelamin yang kotor buat Yeonjun mengerang, nafsu Soobin tidak juga surut karena dia bahkan belum keluar.
Desah dan lenguhan Yeonjun seketika terasa penuh di gendang telinganya
Yeonjun rasakan sedikit pedih, panas, basah cairan menyelimuti penis kesukaannya. "Ah, ah, please. Too deep."
Hentakan Soobin tampak tidak termaafkan kali ini, dengan senang hati Yeonjun menerima pukulan pada bibir kemaluannya. "Do you like it?"
"How I couldn't, Jun. You're already this brat, kelaskuㅡ kamu kacaukan."
Dia rangkul pundak Soobin, nafas berat yang Yeonjun dengar sebentar lagi Soobin akan menumpahkan muatan spermanya. "Fuck you, Yeonjun."
Yeonjun terkekeh. "You did well Capt."
Beberapa gerakan kasar Soobin dan dia jatuh ke pelukan Yeonjun. Itu benar-benar brutal, Yeonjun belum pernah merasakan bermain ketika Soobin kesal. Dia seksi, besar, suka berolahraga, tidak hanya otak cerdas, dan Yeonjun suka.
"How can we clean up this mess, baby? You still pulsating in me." Ucap Yeonjun, memang benar Soobin masih menikmati sisa pelepasannya, gerakan kecil masih terasa.
"Jun ... Stop clenching." Soobin mengerang
"Okay. Big boy get tired?"
"Your ass, sayang."
"Kamu masih kesal, but you push me?"
"Yeah, I loose. How could I resist a pussy, you're too sexy that I should ...ignore you at class. Kamu bikin aku pusing."
"Sorry for liking your dick too much today." Tawanya
